Agama  

Urgensi Jarh Wa Ta’dil

Oleh : Ima Asmaul Khusna

LiberTimes-Dewasa ini para muhadditsin dan muhadditsin membahas tentang seberapa pentingnya kita mengetahui dan menilai sifat perawi dalam membawa hadits kareena hadis merupakan perkataan, perbuatan dan ketetapan yang disandarkan kepada nabi Muhammad saw, hadis merupakan sumber hukum dan rujukan kedua setelah Al-Qur’an maka dari itu ke autentikannya pun harus dijaga.

Kemurnian hadis telah berusaha dijaga oleh para ulama’ muhaddits sejak zaman dulu hingga masa kini sehingga kita masih dapat menikmati kalam rasul sampai saat ini. Al Qur’an dengan hadis sangat berkaitan sekali saling menguatkan dan menjadi pedoman sekalipun juga hukum bagi umat muslim dimana terdapat dalil-dalil yang membahas tentang permasalahan umum, sehari-hari sampai yang bersifat pribadi maka dalil- dalil tersebut digunakan oleh ulama’ ahli fikih untuk menjadi dasar dari suatu hukum tertentu.

Para imam madzhab menjadikan hadis sebagai dalil untuk dijadikan hujjah dengan dalil tersebut maka munculah hukum-hukum yang ditetapkan dan di yakini oleh para imam tersebut.

OHadis dijadikan sebagai hujjah karna hadis merupakan hukum sumber kedua setelah Al Qur’an maka demikian kita tidak dapat memaknai hadis secara leterlek, adapun dua cara yang dapat dilakukan untuk memaknai hadis yaitu secara lafdzi dan maknawi jadi dalam memaknai hadits tidak hanya dengan tekstual saja namun juga dengan kontekstualnya jauh dari taraf pemaknaan hadis yang harus diperhatikan adalah sanad dan matan. Cara untuk mengetahui sebuah lafad tersebut adalah hadis atau bukanya maka kita harus mentakhrij dengan mentakhrij kita dapat mengetahui bahwa lafad tersebut adalah sebuah hadis dan kita dapat mengetahui hadits tersebut berada pada kitab sumber mana saja, setelah itu hal yang penting diperhatikan adalah pada sundanya dalam rangkaian sanda terdapat peran rawi, rawi berperan untuk menyampaikan hadis dalam hal tersebut maka harus diketahui sifat daripada rawi tersebut.

Dalam mengetahui sifat seorang rawi maka kita perlu mengetahui ilmu jarh wa ta’dil, dalam ilmu jrah wa ta’dil maka ilmu ini memberi penilaian atau mensifati seorang perawi itu positif dan memberi pujian agar dapat memperkuat bahwa periwayatannya dapat diterima dan juga untuk menghindari penolakan suatu periwayatan dan juga memberi penilai negatife kepada seorang perawi sehinga melemahkan sifat rawi tersebut agar dapat diketahui bahwa hadis yang dibawa itu benar-benar lelah karena keadaan sifat perawi lemah dan agar dapat diketahui bahwa hadits tersebut tertolak periwayatan dan tidak dapat dijadikan hujjah.

Manhaj dalam Jarh Wa Ta’dil
Manhaj (metode) yang dipakai guna untuk menilai perawi sehingga dapat dikenai kesaksian bahwasanya rawi tersebut benar- benar cacat dan dapat diketahui dan dikenai kesaksian bahwa rawi tersebut benar adil maka perlu menggunakan beberapa cara dan metode, dilansir dari beberapa buku dan kitab maka berikut beberapa metode yang digunakan
Pertama Tarjih dalam hal ini melibatkan dan mencakup tentang keadilan seorang,keberagamanya dan juga ketelitianya, kritik tersebut dapat muncul melalui catatan negative perawi dalam segi sifat dan perilakunya

Kedua tidak ada Tadlis seorang perawi tidak boleh menyembunyikan kebenaran dan harus menyampaikan riwayat periwayatan mereka, jika terdapat tadlis maka periwayatan tersebut cacat.
Ketiga seorang perawi harus Tab’ut teliti dalam sebagai perawi harus tahu bagaimana hafalan guru, harus diketahui kehati-hatian dalam meriwayatkan hadis dan bagaimana cara menghafal hadisnya.

Keempat ‘Adalah seorang perawi harus mempunyai sifat adil menempatkan sesuatu pada tempatnya berarti tidak dzalim baik terhadap dirinya dan orang lain.
Kelima Tazkiyah (cerdas) memahami makna atau cerdas hal ini dapat dilihat dari penilain imam-imam yang lain atau pengakuan dari para ulama sezamannya.
Keenam Tsiqah (jujur) perawi mempunyai sifat jujur dan adil dapat dipercaya dan dapat diandalkan oleh banyak orang, mempunyai integritas tinggi dan moral yang baik.

Beberapa hal tersebut dapat mengetahui dan memberi penilaian terhadap para perawi sehingga dapat diketahui perawi tersebut perawi yang adil atau tidaknya, dalam jarh wa ta’dil sendiri adalah ilmu yang mempunyai wadah untuk menilai dan mensifati sifat perawi tersebut hal ini sangatlah penting dikaji karena dengan mengetahui sifat perawi tersebut dapat mengetahui kualitas suatu hadis dan berpengaruh terhadap suatu periwayatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *