Opini  

Anwar Ibrahim dan Prabowo Subianto sosok Pemimpin Gigih dan Pantang Menyerah

oleh : Dhanny Hamid Ustady (Indonesia Society Institute)

Jakarta, Liber Times – Kiprah Politik Prabowo, bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono serta sederetan nama lainnya mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra.

Partai ini didirikan pada tanggal 6 Februari 2008. Prabowo kemudian menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

Partai Gerindra meraih 4.646.406 suara (4,46%) dan menempatkan 26 orang wakilnya di DPR RI pada Pemilu legislatif Indonesia tahun 2009.

Kemudian, Partai Gerindra meraih 14.760.371 suara (11,81%) dan menempatkan 73 orang wakilnya di DPR RI pada Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014.

Perolehan suara Partai Gerindra di Pemilu 2014 membuatnya jadi partai ketiga terbesar di Indonesia setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golongan Karya.

Saat Pemilu tahun 2019, Partai Gerindra meraih 17.594.839 suara (12,57%) dan menempatkan 78 orang wakilnya di DPR RI pada Pemilihan umum legislatif Indonesia 2019.

Perolehan suara Partai Gerindra di Pemilu 2019 membuatnya jadi partai dua terbesar di Indonesia setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Sedangkan Anwar Ibrahim Pada 1971, mendirikan Gerakan Pemuda Muslim Malaysia, dan menjabat sebagai presiden hingga 1982. Sayangnya, Anwar banyak terlibat dalam mengorganisir demonstrasi massa, bahkan pernah dipenjara di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri yang sekarang sudah tidak ada.

Pada 1981, dia menarik perhatian Dr Mahathir Mohamad, kandidat perdana menteri pada 1981 dan menjabat hingga pensiun pada 2003. Saat itu, Anwar membuktikan sebagai politisi yang bersih sehingga dengan cepat naik ke Organisasi Nasional Melayu Bersatu yang saat itu merupakan sebuah partai besar.

Karier politiknya berjalan baik dengan mengepalai berbagai kementerian sampai akhirnya memimpin kementerian keuangan utama pada 1991. Dua tahun kemudian, dia ditunjuk sebagai wakil perdana menteri hingga 1998.

Anwar Ibrahim resmi ditunjuk Raja Malaysia untuk menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia yang ke-10 menggantikan Ismail Sabri Yakoob, Ketua Pakatan Harapan (PH) ini menjabat sebagai PM Malaysia setelah Pemilu Malaysia yang digelar Sabtu (19/11/2022) gagal memilih perdana menteri karena tidak ada partai memperoleh suara mayoritas.

Sebelumnya, koalisi Anwar Ibrahim, yaitu PH memenangkan kursi terbanyak dalam pemungutan suara dengan capaian 82 suara, sedangkan blok Perikatan Nasional (PN) Muhyiddin memenangkan 73 suara. Meski begitu, koalisi Anwar membutuhkan 112 suara untuk membentuk pemerintahan.

Untuk diketahui, pemilik nama lengkap Anwar bin Ibrahim lahir pada 10 Agustus 1947 di Cherok Tok Kun, Penang, Malaysia. Dia bersekolah di Sek Melayu Sungai Bakap, Sek Melayu Cherok Tok Kun dan Sek Ren Stowell, Bukit Mertajam.

Anwar terpilih untuk melanjutkan ke Maktab Melayu Kuala Kangsar (MCKK) di Tingkatan Satu pada 1960 dan melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Malaya Kuala Lumpur pada 1967. Momentum tersebut menjadi langkah awal karir politik Anwar, sebab dia dikenal sebagai pemimpin mahasiswa Islam di sana.

Pada 1971, Anwar mendirikan Gerakan Pemuda Muslim Malaysia, dan menjabat sebagai presiden hingga 1982. Sayangnya, Anwar banyak terlibat dalam mengorganisir demonstrasi massa, bahkan pernah dipenjara di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri yang sekarang sudah tidak ada.

Pada 1981, dia menarik perhatian Dr Mahathir Mohamad, kandidat perdana menteri pada 1981 dan menjabat hingga pensiun pada 2003. Saat itu, Anwar membuktikan sebagai politisi yang bersih sehingga dengan cepat naik ke Organisasi Nasional Melayu Bersatu yang saat itu merupakan sebuah partai besar.

Karier politiknya berjalan baik dengan mengepalai berbagai kementerian sampai akhirnya memimpin kementerian keuangan utama pada 1991. Dua tahun kemudian, dia ditunjuk sebagai wakil perdana menteri hingga 1998.

Dikutip melalui Britannica, untuk menduduki kursi sebagai PM Malaysia perjalanan Anwar Ibrahim melalui proses yang panjang dan berliku, dia memulai perjalanan politiknya sejak tiga dekade lalu sebagai anak didik pemimpin veteran Mahathir Mohammad.

Adapun, dalam perjalanan politiknyanya karir Anwar sempat terjegal menjadi tahanan yang dihukum karena kasus sodomi. Setelah perselisihan tersebut, Anwar dipecat secara tidak hormat dan kemudian didakwa melakukan korupsi dan sodomi. Saat itu dirinya divonis 15 tahun penjara.

Hukuman penjara untuk Anwar Ibrahim dikritik oleh warga Malaysia dan seluruh dunia, sehingga kemudian memunculkan protes besar-besaran di Malaysia. Pada 2 September 2004, Anwar dibebaskan oleh Perdana Menteri Abdullah Badawi.

Pada 2008 dia kembali tersangkut kasus sodomi. Setelah persidangan memakan waktu hampir dua tahun, Anwar dinyatakan tidak bersalah pada Januari 2012. Namun pada 2014, pengadilan Malaysia kembali mendakwa Anwar dalam kasus sodomi. Dan pada 2015 dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

Sejak saat itu, Anwar hilang dalam kancah perpolitikan Malaysia. Sampai akhirnya pada 2018, Mahathir muncul meminta bantuan kepada Anwar untuk mendukungnya untuk maju dalam pemilu 2018.

Pada saat itu, Mahathir menjanjikan jika dia menang dalam pemilu, maka dirinya akan mengajukan petisi pengampunan kepada Sultan Muhammad V untuk mengampuni Anwar. Dan pada 11 Mei 2018, Mahathir mengumumkan bahwa raja telah menyetujui permintaan itu. Anwar dibebaskan selang lima hari kemudian.

Melihat rekam jejak antara Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim mereka sosok pemimpin Gigih dan Pantang menyerah.

Dan optimisme pendukung Prabowo Subianto di Indonesia bisa meniru langkah yang di ambil oleh pendukung anwar Ibrahim di Malaysia. Bahwa dalam sistem demokrasi usia tidaklah menjadi masalah, namun rekam jejak yang jelas dan konstribusi yang nyata bisa di tonjolkan saat mensukseskan Prabowo sebagai Capres 2024.

*isi opini bukan tanggungjawab libertimes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *