Agama  

Mengenal Ideologi Kaum Khawarij dan Kaum Syiah : Pendukung dan Penentang Ali bin Abi Thalib

Oleh: Nadia Kus Subagyo ( Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Solo, LiberTimes-Timbulnya berbagai macam pemahaman politik mengenai kekhalifahan dan kepemimpinan khalifah setelah wafatnya Rasulullah SAW, keretakan kaum muslim memuncak pada masa Khalifah Ustman bin Affan, pasca Ustman terbunuh pada tahun 35 H/656 M oleh sekelompok pemberontak.

Pasca Ustman wafat, kaum muslim mulai membaiat Ali Bin Abi Thalib sebagai khalifah, karenanya terjadi banyak kekacauan dan konflik antar muslim yang menyebabkan pemerintah rapuh, pada pemerintahan Ali penuh dengan perang dan perselisihan. Puncak dari peperangan pada masa khalifah Ali yaitu perang Shiffin yang diakhiri dengan arbitrase/Tahkim.

Tahkim sendiri adalah penyebab utama terpecahnya umat islam menjadi tiga golongan, yaitu Syiah, Khawarij, dan Sunni.

Kaum Syiah dan Khawarij sendiri adalah dua dari banyaknya kelompok yang memiliki pandangan berbeda terhadap Ali bin Abi Thalib.

Dalam artikel ini kami akan menjelajahi perbedaan ideologi antara dua kelompok ini yaitu dalam mendukung dan menentang Ali bin Abi Thalib

Kaum Syiah : Mendukung Ali bin Abi Thalib

Kaum Syiah adalah kelompok yang mempercayai bahwa kepemimpinan spiritual dan politik dalam umat Islam seharusnya turun temurun dari keluarga Nabi Muhammad SAW, dimulai dari Ali bin Abi Thalib, suami dari putri Nabi Muhammad, Fatimah az-Zahra.

Kaum Syiah percaya bahwa Ali adalah Imam pertama dalam silsilah imam-imam yang secara ilahi ditunjuk untuk membimbing umat Islam setelah Nabi Muhammad.

Pendukung Kaum Syiah terhadap Ali bin Abi Thalib didasarkan pada keyakinan bahwa dia adalah pilihan ilahi untuk memimpin umat Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad. Mereka menganggap Ali sebagai penerus yang sah dan memiliki otoritas tertinggi dalam masalah agama dan politik.

Kaum Syiah juga menghormati Ali karena kontribusinya yang besar dalam memperluas pengetahuan agama Islam dan kepemimpinannya dalam banyak pertempuran penting pada masa awal Islam.

Kaum Khawarij : Menentang Ali bin Abi Thalib

Di sisi lain, Khawarij adalah kelompok yang muncul pada awal sejarah Islam yang menolak otoritas Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah (pemimpin) setelah khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan, dibunuh.

Mereka menolak perjanjian yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib dengan pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa pembunuhan Utsman dan memutuskan untuk melawan Ali.Khawarij menentang Ali bin Abi Thalib karena mereka percaya bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas tertinggi dan bahwa pemimpin umat Muslim harus dipilih berdasarkan kepatuhan mereka terhadap hukum Allah, bukan karena pertalian darah atau faktor politik lainnya.

Mereka juga mengkritik Ali karena dianggap tidak adil dalam menangani kasus pembunuhan Utsman bin Affan.

Perbedaan Ideologi Perbedaan antara Kaum Syiah dan Khawarij dalam mendukung atau menentang Ali bin Abi Thalib mencerminkan perbedaan mendasar dalam pemahaman mereka tentang otoritas dan kepemimpinan dalam Islam. Sementara Kaum Syiah percaya pada konsep kepemimpinan turun-temurun dari keluarga Nabi Muhammad, Khawarij menolak otoritas keturunan sebagai dasar untuk kepemimpinan.

Selain itu, sikap terhadap Ali bin Abi Thalib juga mencerminkan perbedaan dalam interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa sejarah dan penekanan pada prinsip-prinsip keadilan dan otoritas agama. Sementara Kaum Syiah melihat Ali sebagai pilihan ilahi yang adil dan berwenang, Khawarij mengkritiknya karena dianggap tidak memenuhi standar keadilan yang mereka yakini sebagai prinsip inti Islam.Persamaan Kaum Syiah dan Khawarij Memiliki sikap yang melampaui batas.

Dalam Khawarij adalah sikap ekstrim beragama, memvonis oranglain. Sedangkan dalam Syiah dalam masalah kultus individu. Dua kaum ini sama-sama bersifat bodoh dan picik karena memberontak dan berlebihan terhadap Ali bin Abi Thalib dan mereka mengkafirkan kaum muslimin yang menyelisihi mereka, serta tidak mengamalkan hadist dan atsar salaf.

Perbedaan Kaum Khawarij dan Kaum SyiahSyi’ah bersandar pada kedustaan dalam riwayat dan menerima sumber dasar agama dan berdusta atas musuh dan diri mereka sendiri.

Sedangkan Khawârij tidak berdusta dalam agama, riwayat dan atas musuh mereka. Karena mereka meyakini dusta termasuk dosa besar yang menyebabkan kekufuran. Namun kebodohan mereka mengantarnya mengikuti hawa nafsu.

Mayotitas Khawârij dari orang Arab dan orang yang kasar dan keras tabiatnya, sementara mayoritas Syi’ah dari ajam (non arab).

Dalam sejarah Islam, Ali bin Abi Thalib telah menjadi figur yang menginspirasi dan memicu berbagai pandangan dan interpretasi. Kaum Syiah menghormati dan mendukung Ali sebagai Imam pertama yang dipilih secara ilahi, sementara Khawarij menentangnya karena perbedaan prinsip dalam hal kepemimpinan dan keadilan.

Perdebatan antara kedua kelompok ini mencerminkan kompleksitas dalam interpretasi dan pemahaman terhadap prinsip-prinsip agama Islam, serta pentingnya tokoh-tokoh kunci dalam sejarah Islam dalam membentuk identitas dan pandangan kelompok-kelompok tersebut.

Referensi :

https://almanhaj.or.id/5846-membandingkan-syah-dan-khawrij.html

Fajar Setiyawan, M. Munculnya Golongan Syiah, Khawarij Dan Sunni Dalam Islam Pada Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib Tahun 35–41 H/656–661 M DI Jazirah Arab (Doctoral dissertation, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *