Komparasi Tiga Calon Presiden dari Gubernur: Siapa Unggul?

Jakarta, Liber Times–Pagelaran Pilpres 2024 masih relatif cukup lama, namun nama calon presiden, hasil-hasil survei, dan iklan-iklan politis telah banyak beredar.

Banyaknya nama-nama yang telah mewarnai bursa calon presiden, setidaknya terbagi atas beberapa kelompok. Pertama dari kelompok pimpinan partai. Seperti Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar. Kelompok kedua dari pejabat daerah, seperti gubernur. Yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil. Kelompok ketiga adalah dari kelompok “berseragam”, yakni seperti Tito Karnavian, Moeldoko, hingga Andika Perkasa (Panglima TNI).

Masing-masing kategori tentunya secara politik praktis, relatif memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun jika merujuk dari beberapa hasil survei, setidaknya posisi lima besar banyak diisi oleh calon presiden berlatar belakang gubernur.

Dari ketiga nama, elektabilitas dan popularitas Ganjar Pranowo, paling unggul hampir di semua hasil survei. Sedangkan nama Anies Baswedan dan Ridwan Kamil (yang akrab disapa kang Emil) masih saling berpacu. Saling menyalip.

Gubernur dan Efek Ekor Jas


Jika kita merujuk pada teori Efek Ekor Jas (Coat-Tail Effect), yg menyatakan bahwa kemenangan dan peningkatan suara dari hasil presiden pemenang pemilu, menguntungkan untuk partai-partai pengusung presiden tersebut. Analisa teori tersebut kiranya harus diperluas dengan sudut pandang baru. Bahwa latar belakang atau pengalaman presiden pemenang pemilu dapat menjadi modal politik kuat dalam pemilu selanjutnya.

Dalam hal ini sosok Jokowi adalah “pembuka jalan” tersebut. Karena Jokowi adalah presiden dengan pengalaman pemimpin dari tingkat daerah. Sejak walikota, gubernur, akhirnya menjadi presiden. Ini kali pertama dalam sejarah politik dan demokrasi Indonesia. Bahkan tren ini mengalahkan tren presiden berlatar belakang petinggi partai, sejak era Megawati dan SBY.

Nyatanya dalam analisa politik konteks demokrasi Indonesia saat ini, sosok calon dengan latar belakang gubernur masih cukup menjadi primadona bagi masyarakat. Apalagi jika dikuatkan dengan hasil-hasil survei belakangan dimana, nama calon yang relatif cukup kuat adalah sosok gubernur.

Namun kiranya menjadi tidak adil jika, mengukur calon-calon yang terbaik ‘hanya’ berdasarkan hasil survei publik semata. Perlu kiranya melihat kinerja sebagai pertimbangan kongkret terhadap ketiga nama tersebut. Sekali lagi Anies, Ganjar dan Kang Emil.

Analisis kinerja dan prestasi menjadi penting. Karena dalam analisis perilaku politik, terdapat aspek ‘pilihan rasional’ (rasional choice), dimana aspek inilah yang seharusnya menjadi pertimbangan perilaku pemilih di masyarakat. Pertimbangan rasional juga yang menjadi tolak ukur bagi kehidupan demokrasi modern saat ini. Sehingga kehidupan politik menjadi lebih sehat dan transparan.

Kinerja dan Prestasi Ridwan Kamil


Kang Emil adalah figur yang tepat bagi representasi politik di Indonesia saat ini. Secara usia, ia belum terlalu tua. Justru sebaliknya, ia adalah respresentasi tokoh politik dan publik milineal. Tercatat ditengah kesibukannya mengurus provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia, ia kerap kali terpantau sering kali membagikan aktivitasnya melalui media sosial. Bagi Facebook, Instagram, Twitter dan TikTok.

Untuk standar tokoh publik hanya Kang Emil yang telah merambah media ini secara luas. Tokoh publik yang membututi dalam penggunaan media sosial ini hanya Ganjar Pranowo. Namun jika dijumlahkan, jumlah konten dan unggahan jelas lebih banyak Kang Emil.

Selain itu dari segi branding diri Kang Emil memiliki popularitas untuk pemilih pemula. Banyak hasil riset sebelumnya (sejak 2019) yang memaparkan bahwa sosok Kang Emil digandrungi anak-anak muda.

Prestasi selanjutnya adalah dalam bidang penanganan pandemi. Dua media asal Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age, Minggu (19/7/2021), menerbitkan artikel yang menyorot kinerja Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Pemimpin provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak tersebut masuk dalam artikel berjudul “In charge of 50 million people, this er charts own course beyond Covid-19”. Dalam artikel tersebut, disebutkan secara jelas mengenai kinerja Ridwan Kamil menanggulangi Covid-19 dan mempersiapkan pembangunan infrastruktur kesehatan tanpa anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Jabar.

Banyaknya “torehan emas” untuk Jawa Barat ini, ditambah dengan hasil PON 2021 di Papua, bahwa Provinsi pimpinan Ridwan Kamil ini mendapat total medali 353 dengan rincian 133 emas, 105 perak dan 115 perunggu. Jabar unggul jauh dari DKI Jakarta yang memperoleh 301 medali. Dengan fasilitas yang amat memadai dibidang olahraga. DKI hanya unggul tipis dari Jawa Timur yang finis di posisi tiga. Perolehan emas DKI dan Jatim sama, 110 medali. DKI unggul di perak dan perunggu sehingga finis kedua.

Ini menjadi kali kelima Jabar keluar sebagai juara umum PON. Pada tahun 2016, Jabar juga menjadi juara umum PON saat menjadi tuan rumah.

Keberhasilan Jawa Barat juara umum PON dua kali beruntun ini mengulang kisah sukses 70 tahun lalu. Saat itu Jabar juara umum PON 1951 dan 1953. Artinya di bidang olahraga sekalipun Kang Emil mampu mencatatkan dan mempertahankan sejarah, yang mungkin akan sangat sulit terpecahkan oleh provinsi lain.

Kinerja dan Prestasi Ganjar Pranowo


Ganjar Pranowo adalah sosok yang merepresentasikan kalangan milenial. Pribadinya yang terbuka dan “mudah” disapa menjadi kelebihan dia, dibandingkan sosok lain yang masuk dalam bursa capres 2024.

Dalam hasil survei lembaga Kedai Kopi 2021, mengenai kinerja gubernur, Ganjar unggul dalam penyediaan lapangan kerja 27,0% dan penanganan kemiskinan 32,4%. Memang ditangan Ganjar, Jawa Tengah mengalami kemajuan.

Di bawah kepemimpinan Ganjar, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga memperoleh Paritrana Award. Yakni penghargaan yang diberikan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko-PMK) Republik Indonesia dalam hal perlindungan tenaga kerja. Provinsi Jawa Tengah memperoleh penghargaan itu pada tahun 2018, karena berkomitmen dalam mendukung penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan sesuai amanah undang-undang.

Selanjutnya, pada tahun 2017 lalu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) memberikan penghargaan kepada provinsi Jawa Tengah sebagai Provinsi Peduli Hak Asasi Manusia. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada Gubernur Ganjar Pranowo di The Sunan Hotel Solo pada Minggu (10/12/2017).

Meskipun demikian, terdapat “batu sandungan” yang menjadi hambatan bagi majunya Ganjar di konstelasi politik 2024. Pertama adalah kasus konflik sengketa lahan dengan “Petani Kedendeng”. Konflik ini begitu besar hingga nama Ganjar sempat diisukan terlibat dan berpihak kepada PT. Semen Indonesia. Kedua adalah masih terjadinya banjir parah dipesisir Utara Jawa, khususnya masa masa banjir 5 tahunan atau rob.

Kinerja dan Prestasi Anies Baswedan


Kinerja dan Prestasi Anies Baswedan
Dalam melihat dan menyaring kinerja dan prestasi Anies sebagai gubernur DKI, memerlukan kehati-hatian. Ini bukan soal sosok Anies, tapi lebih kepada DKI Jakarta sebagai Ibukota ekonomi dan kota metropolititan.

Di internet memang banyak prestasi Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta. Seperti: Sustainable Transport Award 2021; KPPU Award 2021; IDC Future Enterprise Awards 2021; Top Digital Awards 2021.

Namun yang perlu dicermati adalah, penghargaan-penghargaan tersebut adalah karena DKI Jakarta adalah kota ekonomi dan kota metropolitian, serta “cyber city”. Sangat tidak elok jika membandingan DKI Jakarta dengan provinsi lain, seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat. Karena dari dua provinsi lainnya tersebut, masih banyak daerah khususnya di tingkat kabupaten yang masih sangat jauh dikategorikan maju sejahtera.

Bahkan justru beberapa kebijakan Anies bersifat kontroversial. Dan banyak dikritik oleh para pengamat kota. Seperti sumur resapan yang banyak ambles. Selain itu glorifikasi pembuatan JPO, yang dinilai kurang begitu strategis untuk dibanggakan sebagai prestasi. Karena tidak begitu strategis untuk sekelas gubernur DKI Jakarta.

Kesimpulan


Dari banyaknya argumentasi, variabel, dan kinerja politik tersebut, baik masing-masing nama (Anies, Ganjar, dan Ridwan Kamil) kiranya penting untuk menjadi bahan pertimbangan rasional bagi pemilih dan masyarakat. Untuk menilai dan milih jelang 2024, sosok nama yang layak menjadi pemimpin tertinggi dari Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi republik yang sehat untuk masyarakatnya dan dalam konteks demokrasi modern yang makin paripurna.

Penulis: Cendhy Vicky Vigana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *