Kantin Kampus: Sebagai Solusi Intelektual Kekinian

Jakarta, LiberTimes-Ada seorang teman yang mengeluh karena proposal tesisnya tidak kunjung rampung. Ia mengaku sudah melakukan berbagai cara, namun tetap mengalami kebuntuan.

Tanpa basa-basi, saya sarankan ia untuk sering-sering ngopi di kantin, karena banyak hidayah disana. Anda bisa bincang-bincang mengenai berbagai hal, dari persoalan Tuhan, polemik teologis, putus cinta, kiat-kiat berumah tangga, sampai kepada Tesis dan
Disertasi.

Mendengar saran saya, ia lantas mengerutkan jidad sembari tersenyum kecil. Seakan tak percaya dan menganggap ucapan saya tersebut sebagai candaan belaka. Karena kesal melihat ekspresi nyinyirnya, saya langsung tinggalkan meja sambil berkata, “cobalah sedikit terbuka” Apanya yang terbuka, ucapnya. Kancingnya, tegas saya.

Karena sudah mempunyai Stereotyp yang buruk terhadap kantin, sebagian teman lebih memilih ruangan privasi sembari membawa laptop untuk membangun ide dan mengerjakan tesis.

Metode tersebut sangat klasik dan patut dikoreksi, melihat banyak teman-teman yang gagal ketika memilih cara-cara ini. Mungkin mereka menganggap bahwa kantin adalah tempat bersantai para kaum pemalas, kumpulan orang tukang ngobrol kosong dan cekikikan.

Kendati tuduhan tersebut tidak semuanya salah, tapi tampaknya perlu sedikit direvisi. Ini sebenarnya mitos/warisan lama yang dibangun oleh agen kapitalisme sawo matang demi agenda tertentu. Dan sayangnya beberapa teman masih terjebak.

Perlu saya jelaskan sedikit, ada sebuah mitos di dunia pendidikan, bahwa orang yang cerdas itu adalah orang-orang kutu buku, berkaca mata, tidak merokok, introvert, kaku, sedikit bicara dan tidak pernah mau bercanda, tidak suka kopi hitam. Sehingga orang-orang yang tidak mempunyai karakter semacam itu dianggap hanya sebagai pelengkap dan pernik-pernik di kampus. Padahal zaman terus berkembang, dan banyak nilai-nilai yang berubah.

Mungkin pada kesempatan lain, saya akan jelaskan siapa yang dimaksud dengan “Kapitalisme sawo matang” tersebut berserta motif-motif dan agenda terselubungnya.

Baru baru ini ada sebuah riset yang membuktikan bahwa kantin Pascasarjana UIN Jakarta dan beberapa kantin dari berbagai kampus lainnya, mempunyai semacam energi potensial yang dapat meningkatkan intelektualitas mahasiswa secara berangsur-angsur.

Hasil dari temuan ini telah menunjukan bahwa kantin merupakan tempat yang paling kondusif untuk mengais ilmu, membangun ide serta solusi-solusi kekinian dalam menyelesaikan berbagai problema kehidupan, tak terkecuali tesis.

Untuk itu, bagi teman-teman yang masih mengalami masalah serupa, cobalah untuk sesekali ke kantin dan aktif berbincang. Tak perlu malu atau segan. Anda akan rasakan sebuah getaran yang berbeda. Kendati pendapat ini terkesan konspiratif, tetapi setidaknya didukung oleh hasil riset yang memadai.

Oh iyah satu lagi, bagi para wanita, tak perlu segan untuk memberikan nomor HP bila diminta oleh salah seorang penghuni tetap kantin,
kadang relasi itu penting

“Selamat Mencoba”

Penulis: Reza Al Habsyi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *