Oleh: Linda Maesura’ (Mahasiswa Magister UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Yogyakarta, LiberTimes-Terpaku kepada otoritas hadis sebagai salah satu sumber ajaran dalam Islam, maka studi terhadap hadis menjadi sangat penting. Tidak hanya sebatas membahas mengenai kajian persoalan otentisitas hadis yang masih menjadi perdebatan di kalangan para pemikir hadis sampai saat ini, baik dari kalangan para pemikir muslim ataupun para islamisis.(Farida n.d.:hal 1-2)
Namun kajian Studi asal usul dan perkembangan berbagai disiplin kajian Islam khususnya perkembangan hadis itu sendiri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam melihat realitas sejarah Islam awal.(Muhammad 2021:hal 1) Tidak hanya berpaku kepada genre penelitian akdemis pada umumnya yakni ranah sumber (sanad) dan ranah pesan (matan) saja,(Abustani 2001:hal vii) tapi jauh dar itu kajian hadis dalam menerima perkembangan sejarah dan ilmu pengetahuan islam awal khusunya pada daerah-daerah yang memiliki otoritas keislaman perlu dikaji.
Dengan mengetahui asal muasal Islam seorang dapat di pastikan mengetahui bagaimana perkembangan peradaban awal Islam. Terlihat saat ini ataupun waktu yang sudah lewat para pengkaji hadis banyak ditemukan masih berfokus pada pusat kajian di Arabia (Timur Tengah), tidak bisa dipungkiri negara-negara diluar itu masih sangat sedikit tersentuh bahkan sangat jarang dikaji termasuk juga salah satunya adalah daerah Andalusia.(Muhammad 2021:hal 2)
Kajian Islam dan perkembangan pengetahuan lainnya di Andalusia boleh dikatakan tertinggal dari daerah Islam lainnya. Padahal jika melihat kembali data sejarah Andalusia merupakan salah satu daerah yang pernah maju dan pesat akan kemajuan Islam pada sat itu Dengan hadirnya buku Maribel Fierro, sebagai acuan dalam penulisan kali ini tampaknya sedikit membantu dalam khazanah keilmuan Islam khusunya kajian hadis dalam melihat sejarah-sejarah perkembangan hadis di Andalusia dari masa ke masa.
Kemudian periodesasi perkembangan hadis di Andalusia yang tersusun dalam lima tahapan yang akan diulas lebih mendalam dalam artikel ini. Berikut penjelasannya:
Tahapan Pertama pada (abad 2-3 H)Pada tahap ini dimulai dengan pengenalan hadis dan ilmu hadis yang cenderung diterima secara baik. Pada saat itu hadis di Andalusia dibawa oleh para muslim dari Makkah dan Madinah bertepatan dengan upaya ekspansi wilayah islam. Dengan adanya kekuatan dan pengaruh oleh kekhalifahan Kordoba kala itu seperti Ibn Habib, Ibn Waddah dan Baqi bin Makhlad sebagai tokoh pengumpul koleksi hadis membuktikan bahwa penyebaran hadis begitu massif. (Voort et al. 2011:hal 75)
Tahap Kedua (abad 4 H)Pada Tahap kedua ini kajian hadis sudah merembet kepada pengenalan kitab yang enam (kitab as-sittah) yakni kitab Bukhari, kitab Muslim, kitab an-Nasa’i, kitab Tirmidzi, kitab Abu Daud pengecualian terhadap kitab Ibnu Majah yang digantikan dengan kitab Muwatta’ Malik bin Anas.
Selain itu pada tahap ini terjadi kompilasi hadis lanjutan oleh para tokoh-toh hadis Andalusia seperti Qasib bin Asbagh. Ini menunjukan adanya upaya dan minat dari para ulama untuk terus mempelajari menyebarkan ilmu hadis semakin kuat.
Dapat dilihat juga pada periode ini pekonsolidasian mazhab Syafi’i dalam lingkungan intelektual Andalusia tidak berhasil. Satu sisi para hakim yang bermazhab Maliki menaruh perhatian lebih pada ulum al-hadis mulai meningkat dan perbedaan antar ahl al-ra’y dengan ahl al-hadis mulai berkurang. Ini menunjukan adanya pergeseran dalam pendekatan dan penekanan pada hadis sebagai sumber otoritatif dalam pemahaman agama.(Voort et al. 2011:hal 76)
Tahap Ketiga (abad-5)Pada periode ini terjadinya integrasi yang makin berkembang antar tiga komponen yakni natara ilmu hadis dengan mazhab maliki juga Zahiri. Boleh dikata pada pada masa ini terjadi puncak emas perkembangan hadis di Andalusia. Ditandai dengan munculnya hasil karya tangan oleh b ulama muhaddistun diantaranya oleh ulama Malikiyah seperti Abu ‘Umar bin ‘abdul al-Barr.
Selain itu sebuah karya terpenting pada saat itu adalah kitab Aqdayat Rasulallah yang ditulis oleh Ibn al-Thalla. Pada periode ini juga fokus utama para cendikiawan atau para ilmuan periode ini adalah ahli dalam asma al-rijal atau ilm al-hadis riwayatan.(Voort et al. 2011:hal 76-77)
Tahap keempat (paruh abad 6-7)Pada periode ini oleh khalifah Almohad Abu Ya’qub Yusuf komplain kepada ulama Abu Bakar bin al-Jadid terhadap setiap persoalan hukum fiqih yang beragam tanpa memberikan solusi penyelesaian yang pasti. Oleh Almohad sudah berusaha dalam menangapi dan menjelaskan persoalan ikhtilaf ini, namun oleh khalifah tidak menerima jawaban tersebut.
Pada akhirnya menghasilkan sebuah aksi “peserentakan” atau “penunggalan” pemahaman terhadap hadis. Oleh karenanya pengajaran hadis yang bersifat didaktif ini tidak merubah hadis untuk berkembang pesat. Sebagaimana terlihat pada masa ini muncul karya yang disusun oleh Ibn Farah al-Ishbili yang berjudul Qasida fi ‘ulum al-hadith.(Voort et al. 2011:hal 77)
Tahap Kelima (paruh kedua abad-7)Pada periode ini disebut dengan masa keberlanjutan dan masa perubahan. Pada masa ini juga muncul Dinasti Nasrid terhadap tren ulum al-hadis yang tetap eksis. Kecenderungan masyarakat Muslim kala tahap ini lebih menyukai hadis yang pendek dan praktis, sehingga muncul karya-karya baru oleh Ibn Daqiq al-I’d dan Zayn al-din al-‘Iraq yang dipopulerkan oleh tokoh-tokoh ulama Mesir.
Dalam tahapan ini juga presentase Muhaddisun Andalusia relatif tetap tanpa fluktuasi yang signifikan dibandingan dengan jumlah Muqri’un. Sementara itu presentase penulis dari Timur menunjukan penuruan yang relatif lambat, ini sebagai sebuah bukti bahwa ilmu hadis di Andalusia pada saat itu mengalami perkembangan yang relatif baik dibandingkan dengan Timur diperkuat dengan dalam Tadzkira al-Dzahabi 27% mencakup ulama Andalusia.
Refrensi
Abustani, Ilyas. 2001. Studi Hadis Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi. Cetakan ke. Depok: PT RajaGrafindo Persada.Farida, Umma. n.d. Kontribusi Pemikiran Muhammad Mustafa Al-A’zami Dalam Studi Hadis. Cetakan-1. edited by A. Kasdi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Muhammad, Akmaluddin. 2021. Diskursus Hadis Di Al-Andalus Abad II H/VIII M-III H/IX M. Pertama. edited by N. I’anah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Voort, Boekhoff-van der, Nicolet, Kees Versteengh, and Joas Wagemakers. 2011. Tranmission and Dynamics of the Textual Sources of Islam: Essays in Honour of Haralad Motzki. Islmic History and Civilization. Leiden Boston: Brill.