GUS YAHYA dan IKN NUSANTARA

OLEH ; SYAIPUL ADHAR, ME (Wakil Ketua PWNU Kalsel)

Banjarmasin, Liber Times – Syahdan, Jika hanya ada dua polisi baik, maka pilihannya  hanya polisi Hugeng dan polisi tidur,

Begitupula  jika akhirnya Nadhliyin Nusantara boleh memilih tokoh NU yang berkarakter kuat dan bervisi keberagaman sekaligus nasionalis, menurut penulis pilihannya bisa jadi ada di Gusdur dan Gus Yahya,   

Pelantikan Pengurus PBNU hari ini (31/1/2020) yang dipusatkan di Balikpapan, sekaligus peresmian Kantor PBNU di Ibukota Baru adalah sinyal bahwa NU kembali menegaskan fungsi kebangsaan dan keberagaman yang kuat.

Entah seolah Semesta Mendukung (Mestakung), Nama Ibukota Baru Nusantara yang diputuskan Presiden adalah identifikasi merek kuat NU, sebagai kaum sarungan nusantara yang terkenal puritan tradisonal tetapi maju dalam pemikiran serta beradaptasi dalam dielektika peradigma baru.

Dan hebatnya, hingga hari ini, PBNU adalah Ormas keagamaan terbesar pertama yang menegaskan kepindahan kantor pusatnya ke Ibukota Baru pilihan Pemerintah dan DPR ini.

Jelas Garcep, Terdepan dan Visioner.

Warga NU memang sudah seharusnya begitu, seperti halnya  kaidah ke NU-an yang sudah mendarah daging dalam sikap  “ Jika terhadap sesuatu hal yang sudah diputuskan bersama, maka wajib hukumnya untuk kita ikuti ”.

Bagi Nahdliyin proses debat seperti ini,  sudah mendarah daging dalam tradisi bahtsul masail dan dewasa dalam menerima keputusan.

Kita boleh berdebat panjang tentang sesuatu hal, tetapi jika sudah diputuskan, wajib hukumnya kita ikuti.

Itulah bedanya NU dan kaum  Edy Mulyadi CS yang protes IKN sekaligus menghina Kalimantan disaat keputusan sudah final diketuk Lembaga Negara.

Dan Yang terpenting, Selain berkontribusi pada peradaban baru Indonesia dikalimantan, PBNU Gus Yahya juga mampu mendelegasikan pilar kewilayahan pada susunan kepengurusan.

Tidak lagi jawasentris, terlihat banyak pengurus yang mewakili pulau dinusantara, diantara yang membanggakan adalah masuknya Ketua Umum Hipmi Mardani H Maming sebagai Bendahara Umum.
Keterwakilan Gus Maming ( panggilan penghormatan diklangan santri dijawa, kepada mardani) juga merupakan bagian akulturasi ke Indonesiaan yang kental, Putra Kalimantan yang sudah pasti Aswaja dan banyak mendirikan pesantren d kota kelahirannya, Batulicin.

Dukungan PBNU Gus Yahya kepada IKN dengan mendirikan kantor baru di Panajam, tentu akan membuka lebih banyak  Khasanah Visi Kebangsaan dan lokalitas keberagaman dan keagaman, diantaranya :

Pertama, Mendukung IKN dikalimantan adalah langkah bervisi kebangsaan yang jelas kuat, memindahkan pusat peradaban indonesia baru kewilayah yang penduduknya sangat identik dengan jiwa Kenusantaraan dan keberagaman.

Seperti Rasullulah yang juga pindah ke kota Madinah. Menghindari kemudharatan yang berkepanjangan.

Kedua,  Magnitute kepindahan PBNU kekalimantan tentu akan membuka ruang baru bagi kajian2 keagaaman yang universal, kita akan lihat akan banyak kajian2 keilmuan ulama kalimantan yang berbasis Melayu Islam, di Tiga Negara dan bagaimana akulturasi budaya yang kuat dengan ras lokal yang kuat seperti dayak.

Fiqh kontemporer yang berbasis Sungai dan Hutan. Jangan lupa, dikalimantan poro yai sering disebut Tuan Guru saja.

Ketiga, Spektrum Pendulum kekuatan ekonomi ummat  akan berbeda ketika sejak awal kita sudah siapkan untuk  melakukan perubahan,  dengan semangat baru dan goals yang presisi dengan melibatkan  Para Sultan kalimantan yang dikenal sebagai para haji, 

bisa jadi. Ini lebih sesuai dengan visi keummatan, karena poro haji jelas islam dan lokal. 

Sikap kedermawanan para haji dikalimantan,  juga jauh lebih kuat daripada para sultan flexing di jakarta.

tentu ini akan mengingatkan kita pada dukungan kaum ansor kepada hijrahnya Rasullah  ke kota Madinah ketika awal nubuat kebangkitan dan kenabian.

Keempat, Demografi Kalimantan tentu berbeda dengan pulau – pulau lain dan Jawa, kekayaan sumber daya alam wajib  menjadi perhatian yang harus disikapi dengan arif. Jika dijawa NU identik dengan Rokok dan Tembakau,

NU Kalimantan tidak akan jauh dengan hasil Tambang dan Mewarung, Pendekatanya akan sedikit berbeda. Takaran Zakatnya lebih banyak, Ownernya jelas  lokal dan Pribumi.

Debatable pindahnya  Ibukota tentu sudah direncakanakn dengan matang, bebarapa Negara Muslim lain juga melakukan, bisa saja memang sudah Nubuat tanda langit yang harus kita kuatkan agar indonesia jauh lebih Maju dan Bermartabat 

Jika Presiden sudah Mensahkan, Gus Yahya sudah mengamini, PBNU sudah memutuskan, ini tentu bukan kebetulan yang tidak direncanakan oleh Langit.  

Tinggal kita sambut seruan ini, persis seperti sambutan kaum Ansor di Madinah dengan
Syair

“ thola’al badru ‘alaina :  “ thola’al badru ‘ alainaa, mintsaniyyatil wadaa’I, wajabas syakru alainaa, madaa’a lillahi daa’I ( telah terbit purnama diatas kita, dari lembah wadaa; wajiblah kita bersyukur atasnya, ketika seoerang penyeru mengajak kepada allah.

Inshallah Purnama sudah jelas, dan  setelah ini NU tidak hanya akan dikenal sebagai  warga yang suka melucu dan rokoan tetapi juga bervisi kebangsaan yang universal.  

Mungkin sesekali ikut mewarung di Kalimantan, tabik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *