Konflik Geopolitik: Gejolak Dua Teater

Oleh : Surya Fermana, Pengamat Intelijen dan Keamanan

Jakarta, Liber Times–Suasana Eropa memanas dgn konflik Rusia-Ukraina ditandai dengan terjadinya mobilisasi peralatan tempur di perbatasan kedua negara secara besar-besaran. Negara Barat dipimpin Amerika dan Inggris menuduh Rusia akan menginvasi Ukraina.

Rusia membantah akan menyerang Ukraina namun permintaan mereka tentang proposal keamanan tidak disetujui US dan sekutunya yang tergabung dalam NATO.

Permintaan mereka agar NATO menarik persenjataan dari wilayah Eropa Timur yang dekat Rusia tidak disetujui dan komitmen NATO agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO tidak diiyakan NATO. Rusia ingin NATO tidak ekspansif.

Sebaliknya NATO menuduh Rusia ingin menguasai Ukraina dengan menempatkan pemimpin Ukraina yang pro Moskow. Info itu disampaikan PM Inggris Boris Johnson berdasarkan info intelijen yang dia terima Dinas Intelijen Rusia membangun kontak dengan para politisi Ukraina yang pro mereka.

Ketegangan juga berasal dari kerjasama Rusia-German yang membangun jalur pipa gas Nord stream 2 yang bila terlaksana tidak akan lagi melewati Ukraina yang menjadi sekutu NATO dan mengucilkan Ukraina. Herman juga akan menjadi tergantung dengan Rusia yang berarti akan mengurangi pengaruh Amerika di Eropa.

Berbagai cara dilakukan Amerika agar proyek itu gagal. Ketergantungan Uni Eropa akan gas Rusia membuat soliditas NATO melemah hanya Solid pada negara Anglo Saxon. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) juga memperlemah soliditas NATO. Ditengarai Brexit adalah operasi intelijen Rusia membelah NATO. Suasana Eropa seperti era parang dingin namun bedanya minus Uni Eropa yang uring-uringan menghadapi Rusia.

Ketegangan di Teater lain adalah ancaman invasi China ke Taiwan dan ketegangan di Laut Cina Selatan. Amerika sangat aktif membendung ekspansi China di LCS dengan melakukan freedom navigation. Untuk bendung China langkah strategis Amerika akan menambah kekuatan kapal selam nuklir Australia yang sebelumnya sudah ada perjanjian dengan Perancis bikin kapal selam namun dibatalkan. Hal itu juga yang mengganggu soliditas NATO.

Di Taiwan sering kali puluhan pesawat tempur China masuk wilayah udara Taiwan. China dalam menghadapi olimpiade musim dingin bersiap menghadapi gangguan Amerika dan bersiaga agar acara sukses berjalan. Namun keliatannya olimpiade musim dingin justru menjadi konsolidasi perkubuan China dengan Rusia. Dalam acara pembukaan nanti akan dihadiri Presiden Rusia Vladimir Putin sedangkan Presiden Amerika dan sekutunya tidak akan hadir.

Nah bagaimana Indonesia menyikapi konflik geopolitik tersebut?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *