Jakarta,LiberTimes-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai metode tersendiri dalam memperkenalkan Islam, tidak selalu bergumul pada pembenaran satu dogma melalui forma-forma idealistik. UIN lebih memilih pendekatan rasio-historis sebagai basis analisa, sehingga mahasiswa terpancing untuk kembali merekonstruksi ulang pengetahuan mereka tentang Keislaman.
Mahasiswa yang akrab dengan atsmofer Ciputat, (kecuali yg kupu-kupu), tidak akan mudah terjangkit virus radikalisme. Karena mereka sudah dibekali metodologi berfikir yang logis dan sistematis, sehingga, gagasan apapun yang datang kepada mereka mesti rela berhenti sejenak untuk dihadapkan dengan mahkamah akal sehat serta telaah literatur yang panjang. Pada tahap tersebut, gagasan paradoks/invalid hampir dipastikan tak akan lolos dari seleksi.
Sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa UIN merupakan corong moderasi keagamaan di tengah merebaknya radikalisme yang menjangkiti masyarakat Urban. Kita dapat membayangkan ketika kampus-kampus umum banyak disusupi oleh pemikiran “thinking religion absolute” (Intoleransi), kampus ini tetap tegak berdiri sebagai medium penyeimbang dalam mengawal generasi muda.
Barangkali hal ini yg menjadi faktor utama terhadap keterbukaan para alumni UIN, yang terenal memiliki karakter egaliter, kritis, singkretik serta adaptif. Maka beruntunglah bagi mereka yang akan, telah dan pernah mengenyam pendidikan di UIN Jakarta.
Penulis: Habib Reza Al Habsyi