Bogor, Liber Times-Bogor menjadi wilayah di Jawa Barat yang rentan terpapar radikalisme dan ekstremisme, terbukti beberapa ormas kelompok kanan bermula dari Bogor seperti kelompok salafi yang membuat channel Roja TV serta ormas yang ingin mendirikan khilafah dan tidak mengakui eksistensi NKRI yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Menindaklanjuti fenomena tersebut Densus 88 Anti Teror mengadakan kongkow dengan para penggiat media sosial, penceramah, maupun Bhabinkamtibmas untuk mendengar fakta yang terjadi di lapangan dan strategi merangkul eks FPI dan HTI, yang belum lama dibubarkan organisasinya oleh Pemerintah.
“Saya menyampaikan pentingnya merangkul kombatan dari eks HTI dan FPI agar tidak keras dalam berpandangan, dikhawatirkan jika eks HTI dan FPI menempel di ormas yang konservatif seperti Salafi dan Wahabi, maka akan menjadi kelompok radikal dan pada tingkatan yang ekstrem menjadi teroris lagi,” papar Bhabinkamtibmas Ghufron.
Sementara itu, Ustadz Sahroji menyampaikan tentang pentingnya mempelajari agama secara mendalam agar tidak terjebak dalam fanatisme beragama. Fakta yang terjadi di Bogor karena kurangnya pemahaman agama tetapi semangat berjihad terlalu menggebu-gebu menjadikan membela Islam dengan cara-cara yang tidak baik.
“Ketika kita berikrar untuk membela agama, tetapi kapasitas kita memahami agama masih dangkal, jadi rentan untuk dimanfaatkan kelompok yang tidak bertanggung jawab. Masa ngebom dianggap membela agama, sudah ga betul itu,” ungkap ustadz yang dikenal sebagai Ustadz Gaes itu.
Lebih lanjut, Bhabinkamtibmas menyampaikan pentingnya melakukan gerakan kontra-radikal secara berkesinambungan agar di kemudian hari angka terorisme bisa ditekan. Pencegahan ini harus dimulai dari hulu sampai hilir, artinya kegiatan kontra radikal yang dikerjakan dari tingkatan bawah sampai atas akan menekan laju angka radikalisme dan ekstemisme.
“Saya menyampaikan untuk kegiatan penggalangan harus dengan metode TOT (Training of Trainer) yang berkesinambungan dan memudahkan dalam melakukan kontra radikalisme,” pungkas Bhabinkamtibmas.