Azyumardi Azra: Sejarah Islam Harus Tonjolkan Sisi Damai

Jakarta, Liber Times–Islam adalah agama yang agung. Semenjak lahir di Mekkah sampai berkembang ke pelosok dunia telah berhasil membangun suatu peradaban yang menakjubkan. Bahkan hal ini diakui oleh hampir peneliti Islam dari Barat yang menganggap Islam bukan hanya sebagai agama teologi, namun suatu agama yang membangun peradaban di berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Akan tetapi, pemahaman mengenai Islam sebagai agama peradaban belum diaplikasikan secara utuh dalam materi Sejarah Kebudayaan Islam, di mana muatan sejarah Islam masih menonjolkan sisi perang dan keras. Hal ini tentu berbahaya jika nanti siswa akan lebih memahami Islam sebagai agama perang, bukan agama damai.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Agama akan lebih memberikan porsi lebih terhadap muatan sejarah Islam di madrasah-madrasah agar pemahaman siswa tentang sejarah Islam tidak semata-mata terfokus pada perang, namun Islam adalah agama yang membangun kebudayaan dan peradaban.

Langkah Kemenag ini sangat diapresiasi oleh Guru Besar Sejarah Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra. Menurut Azra, langkah yang diambil sudah tepat dan perlu diapresisasi. “Saya kira itu inisiatif yang perlu diapresiasi. Memang selama ini, sejarah Islam lebih banyak menonjolkan kekerasan dan perang,” tutur Azra seperti yang dilansir dalam laman republika.or.id

Akademisi yang dikenal sebagai cendekiawan Muslim Indonesia tersebut berpendapat bahwa untuk membangun suatu masyarakat Islam yang maju dan progresif harus mempunyai dasar pemahaman sejarah komprehensif. Islam tidak melulu tentang perang, akan tetapi agama yang melahirkan suatu harmoni peradaban yang agung. “Sekarang harus lebih banyak sisi damai dalam kehidupan sosial budaya untuk kemajuan dan peradaban, menampilkan Islam sebagai rahmatan lil alamin,” jelas akademisi yang memperoleh gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris tersebut.

Cendekiawan Muslim yang pernah menimba ilmu di Columbia University tersebut memaparkan bahwa fakta sejarah tentang peperangan memang ada, dan tidak perlu dijadikan landasan dakwah pada masa sekarang. Hal yang perlu dilakukan adalah menjadikan Islam agama yang damai dan maju dari segi intelektualnya agar bisa sejajar dengan bangsa lain.

“Tapi (sisi perang ini) jangan diglorifikasikan (diagungkan). Perlu narasi lebih berimbang dengan sejarah sosial-intelektual,” pungkas akademisi yang mempunyai darah Minang tersebut. (Habibi/LTimes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *