Yogyakarta, Liber Times – Banyak orang beranggapan bahwa pendidikan seksual merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dengan anak sebelum mereka dewasa. Padahal, hal ini justru dapat memberikan pemahaman kepada anak dan membekali anak agar lebih sadar dan peduli dengan kesehatan seksual mereka nantinya.
Selain itu, pendidikan seksual kepada anak juga dapat mencegah anak tidak terkejut saat masuk usia pubertas, dan hal ini bias mendorong anak menjaga organ reproduksinya, mencegah kehamilan usia dini serta mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Menurut Dianawati dalam bukunya pendidikan seks untuk remaja, Pendidikan seks sendiri merupakan suatu usaha untuk membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia, orangtua sebaiknya bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan seks pada anak.
Mulai dari bagaimana tubuh bekerja, jenis kelamin, ekspresi seksual, dan nilai-nilai lainnya. Berikut kiat memberikan pendidikan seks sesuai fase tumbuh kembang anak.
1. Usia 0–3 tahun
Pendidikan seks bias diajarkan orangtua sejak dini . Sebagai orang tua kita bias memuali memperkenalkan bagian tubuhnya dari ujung kepala sampai kaki. Mulai dari Kepala, tangan, kaki, hingga organ reproduksi anak (tentunya dengan nama asli organ kelamin tersebut). Membiasakan anak keluar kamar mandi menggunakan handuk agar anak memiliki rasa malu saat berada ditempat umum, diperkenalkan juga perbedaan anatara pakaian laki-laki dan perempuan.
2. Usia 4–5 tahun
Tak jarang pelecehan seksual terjadi pada anak di bawah umur. Itu sebabnya mengapa pendidikan mengenai sentuhan yang baik dan tidak baik perlu diberikan sejak dini, agar mereka dapat melindungi diri mereka bahkan melaporkan pelaku, Misalnya mecium, menyentuh bagian dada bahkan alat kelamin. Anak harus segera melaporkan ke orang terdekat baik orang tua maupun saudara. Kamu juga bisa menjelaskan bagaimana bayi bisa berada dalam rahim seorang ibu. Namun, bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan usianya, alias tidak boleh vulgar.
3. Usia 6–8 tahun
Perkuat pemahaman anak mengenai aturan atau norma sosial mengenai hal-hal pribadi. Mulai usia 8 tahun, anak sudah diperkenalkan dengan informasi mengenai pubertas, yaitu tentang menstruasi dan mimpi basah. Sejumlah anak mengalami pubertas lebih dini sebelum usia 10 tahun. Orangtua sebaiknya mulai membicarakan apa yang akan terjadi ketika mereka mulai pubertas. Tujuannya, sebagai persiapan anak ketika mengalami masa tersebut.
4. Usia 9–12 tahun
Sebagai orangtua cobalah berbicara dengan anak terkait perubahan yang mereka rasakan. Berikan pemahaman kepada anak memahami bahwa ereksi, ejakulasi dan menstruasi adalah hal yang normal. Selain itu, kamu juga perlu mengajarkan mereka betapa berharganya diri dan tubuh mereka, ajarkan anak untuk menjaga kebersihan personal hygiene, adab dikamar mandi dan tempat tidur muali terpisah dengan orangtua.
5. Usia 13–18 tahun
Pada masa ini orangtua harus berhati-hati karena anak mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Maka dari itu, kamu dan pasangan sah-sah saja membahas masalah cinta, keintiman. Disini orangtua harus memberikan pemahaman mengenai batas-batasan dalam berpacaran ataupun hubungan mereka dengan lawan jenis.