News  

Misteri Dibalik Ambiguitas Dukungan Cak Imin di Muktamar NU Lampung

Jakarta, Liber Times–Banyak orang mempertanyakan keberpihakan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dalam percaturan Muktamar NU, beberapa media mengabarkan bahwa Cak Imin menginstruksikan kadernya untuk memilih dua calon, Gus Yahya dan Kang Said.

Instruksi ini memunculkan pertanyaan baru bagi sebagian pengamat, Ahmad Jecky, pengamat intelijen, menduga bahwa Cak Imin mencari aman dalam posisinya hari ini, ada kaitannya dengan kasus yang menyerer namanya dan locos delectenya di Lampung, sehingga ia bimbang dalam menentukan pilihan.

“Ya posisi Cak Imin tidak bisa kita katakan netral dalam muktamar NU ini, bagaimanapun pengaruhnya besar. Namun, ada kemungkinan dia masih terngiang-ngiang dengan kasus lama yang melibatkannya dengan Alm. Musa Zainudin dan menyeret Wakil Gubernur Lampung” pungkas Ahmad Jecky yang biasa disapa Gus Jeck pada media (19/12)

Eks politikus PKB Alm. Musa Zainuddin membeberkan dugaan aliran dana ke sejumlah petinggi partainya melalui surat pengajuan Justice Collaborator.

Musa dihukum sembilan tahun penjara karena terbukti menerima suap Rp 7 miliar untuk meloloskan proyek infrastruktur Kementerian PUPR di Maluku dan Maluku Utara tahun anggaran 2016. Uang itu berasal dari Direktur Utama PT Windhu Tunggal Utama, Abdul Khoir. Sayangnya kasus ini berhenti karena Musa Zainuddin wafat

Dalam surat JC-nya, Musa mengaku bahwa duit yang ia terima tak dinikmati sendiri. Sebagian besar duit itu, kata dia, diserahkan kepada Sekretaris Fraksi PKB kala itu, Jazilul Fawaid, dengan jumlah Rp 6 miliar.

Setelah menyerahkan uang kepada Jazilul, Musa mengaku langsung menelepon Ketua Fraksi PKB Helmy Faishal Zaini. Ia meminta Helmy menyampaikan pesan ke Muhaimin bahwa uang Rp 6 miliar sudah diserahkan lewat Jazilul.

Keterangan ini tak pernah terungkap di muka persidangan. Musa Zainuddin mengaku memang menutupi peran para koleganya lantaran menerima instruksi dari dua petinggi partai. Dua petinggi partai, kata Musa, mengatakan Cak Imin berpesan agar kasus itu berhenti di Musa. “Saya diminta berbohong dengan tidak mengungkap peristiwa sebenarnya,” kata Musa.

Kasus yang melibatkan Muhaimin ini juga menyeret Wakil Gubernung Lampung hari ini, Chusnunia Chalim. Dalam kasus tersebut, Chusnunia Chalim tertuduh sebagai orang yang memberikan jalan pelarian bagi staf Musa Zainuddin yaitu Muttakin.

JPU KPK Taufiq Ibnugroho dengan gamblang menyatakan dan menegaskan, bahwa Nunik telah melakukan pertemuan dengan Musa, berikut dengan Midi Iswanto, Khaidir Bujung dan Mutakin. Mutakin diminta oleh Nunik untuk melarikan diri sembari memberinya uang Rp 10 juta sebagai biaya pelarian itu. Yang jelas dan tak dapat dipungkiri kemudian, Chusnunia Chalim dilantik sebagai Bupati Lampung Timur pada 17 Februari 2016.

Menurut Gus Jack, kasus ini lah yang membuat Muhaimin gamang dan bimbang dalam menentukan pilihan calon ketum PBNU. Selain kasus lainnya seperti kasus “Bunda Melon” yang hangat beberapa waktu lalu menyeret nama Anggota DPR RI dari partai yang dipimpin Cak Imin.

“Kasus ini sangat krusial dan kompleks, karena Lampung adalah episentrum atau locus delected salah satu kasus yang diduka menyeret nama Muhaimin dan beberapa koleganya termasuk Wagub Lampung hari ini. Kasus serupa juga terkait dengan kasus Bunda Melon, hal ini yang dikhawatirkan Cak Imin” tegas Gus Jeck.

Sikap wait and see-nya Cak Imin ini untuk mengantisipasi siapa yang menang nantinya, menurut Ahmad Jecky, Cak Imin akan masuk terlambat, ia masih memantau siapa yang akan menang, kalaupun dia nanti tidak mengambil keputusan diujung, dia akan mengatakan bahwa dua-duanya adalah pilihan saya. Ketika Kiai Said menang dia akan mengatakan “saya mendukung panjenengan” begitu pula jika Gus Yahya yang menang, dia akan mengatakan hal yang sama. Karena itu, jika terlalu kelihatan bermain di Muktamar apalagi kalau berpihak kepada salah satu calon, Muhaimin takut kasusnya diungkap kembali ke publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *