Lombok, Liber Times–Dalam acara Workshop Pengembangan Model Pendidikan Moderasi Beragama yang digelar di Lombok (21/9) ada paparan menarik dari AKBP M. Dofir, pasalnya yang disampaikan Dofir tersebut sangat unik berbeda dengan yang lain.
Untuk menjawab tantangan radikalisme, intoleransi dan terorisme baginya perlu dua pendekatan yaitu psikologis dan moral, dua variabel ini sangat penting untuk pencegahan radikalisme, karena menurutnya banyak dari kalangan yang terpapar radikal itu karena kondisi psikologisnya.
“Penguasaan psikologis itu penting, karena itu menyentuh emosi orang yang terpapar radikalisme, teknik pengusaan psikologis itu kita gunakan dengan kekuatan rasa atau empati yang mampu menyentuh emosinya, hal itu bisa kita sebut dengan managemen rasa atau managemen Qalbu, tidak setiap kekerasan itu harus dilawan dengan kekerasan. Sejatinya mereka yang keras dan radikal, membutuhkan kelembutan” tandasnya.
Dofir juga menawarkan metode keduanya yakni akhlak atau moraliti, dalam pandangan Neuroscience, moraliti itu berasal dari emosi, maka setelah emosi psikologisnya (management qalbunya) itu baik, maka moraliti yang dihasilkan akan baik juga.
“Kalau kita melihat apa yang dilupakan oleh bangsa kita yakni adalah nilai-nilai moral yang baik dan adiluhur, moral baik terlahir dari emosi yang baik atau psikologis yang teratur, hal ini juga kita harus ajarkan kepada anak didik kita bahwa perbedaan yang sungguh beragam ini adalah kekayaan bangsa kita, kita tidak boleh memaksakan kehendak untuk semuanya sama, oleh karena itu mendahulukan akhlak (moral) daripada fiqh, itu pilihan terbaik. Kita terbiasa al-ittihad fil itiifaq (bersatu dalam satu kesepakatan), tapi tidak terbiasa al-ittihad fil ikhtilaf (bersatu dalam perbedaan)” lanjutnya. (Rikal/LTimes).