Habib Luthfi: Pemuda Indonesia Harus Paham Sejarah Bangsanya

Jakarta, Liber Times–Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah puncak kenikmatan yang Allah berikan kepada rakyat Indonesia setelah hampir tiga abad terkungkung dalam jeratan kolonialisme yang penuh dengan penindasan. Sudah beribu bahkan jutaan pahlawan dan syuhada yang telah gugur mendarmabaktikan segenap harta bahkan nyawa untuk perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia yang diidam-idamkan.

Namun setelah hampir 70 dekade rakyat Indonesia menikmati kemerdekaan, generasi penerusnya secara perlahan mulai terkikis rasa cinta tanah air serta merosotnya semangat membangun Indonesia yang lebih maju. Fenomena tersebut membuat prihatin Rais ‘Aam Idarah Aliyah Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya.

Habib Luthfi bin Yahya menyampaikan, saat ini banyak disaksikan mulai terjadi penurunan kecintaan kepada auliya, ulama, para habaib, sampai kecintaan kepada tanah air.Sedikit demi sedikit mulai terkikis. Melihat realitas yang ada, tentu menjadi preseden buruk terhadap keberlangsungan NKRI di masa depan, butuh terobosan baru untuk memupuk nasionalisme di zaman milenial ini.

“Apabila kita tidak mau berpikir jauh tentang kecenderungan melunturnya kecintaan kepada para ulama dan tanah air, sulit dipertahankan lebih lanjut dengan apa yang sering kita dengungkan cinta tanah air NKRI harga mati,” tegasnya. Hal itu disampaikan Habib Luthfi saat memberikan taushiyah pada peringatan Haul Agung ke-517 Raden Fattah di Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Kamis (6/2) malam, belum lama dilansir dari situs nu.or.id

Habib Luthfi juga menuturkan tentang jargon NKRI harga mati yang sudah mulai hilang marwahnya, hal ini disebabkan karena jargon tersebut hanya sekadar omongan belaka, namun nihil tindakan konkret, apalagi dengan jargon itu bisa disalahgunakan untuk menjustifikasi kelompok yang berbeda pandangan politik, jelas ini pemahaman keliru. NKRI harga mati harus dipahami sebagai sikap membela kedaulatan NKRI yang sekarang mulai dirongrong oleh kepentingan asing.

”Ketika ada yang ngomong NKRI, mereka ikutan ngomong NKRI, padahal yang diomongkan tidak keluar dari lubuk hati,” ungkapnya.

Pesan yang utama yang disampaikan Habib Luthfi berkenaan dengan penanaman kembali tentang kisah-kisah pahlawan baik ulama, kiai, maupun tokoh kepada generasi milenial yang masih banyak mengabaikan materi ini.

Pengenalan terhadap tokoh dan pahlawan diharapakan akan menumbuhkan sikap cinta tanah air serta dapat meneladi dan pada akhirnya dapat mencontoh perilaku serta ajarannya.

Bangsa yang besar adalah banga tidak melupakan jasa para pendahulunya, salah satu cara mensyukuri nikmat kemerdekaan adalah mengajarkan sejarah pahlawan sejak dini kepada anak-anak kita.

“Sejarah lahir dan perjuangan Pangeran Diponegoro, Sentot Pawirodirejo, Kiai Mojo, Kiai Rifa’i, dan tokoh-tokoh lainnya sejarahnya sekarang di mana? Jangan dianggap enteng. Kita baru sempat mengucapkan terima kasih kepada mereka, akan tetapi kita belum bisa mencontoh ajaran dan perilakunya,” pungkas ulama kharismatik asal Pekalongan tersebut. (Habibi/LTimes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *